Kamis, 27 Agustus 2009

Wawancara dengan KH. Nurul Huda

Pada tahun 2002 ada pertemuan di London, Inggris, membahas tentang Islam di Indonesia, yang kesimpulannya bahwa Islam di Indonesia itu baru kulitnya, belum punya makna yang sebenarnya. Sebab itu bagaimana strategi dakwah di Indonesia dilakukan menjadi pertanyaan kunci yang penting dikemukakan. Jum’at, 7 Agustus 2009, Aryah Marzanah dari Yayasan dakwah Malaysia Indonesia (YADMI) mewawancarai KH. Nuril Huda, Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), di sela-sela kesibukannya di Jakarta, untuk menggali lebih dalam kisi-kisi berdakwah Islam yang harus dilakukan.

Berikut petikan wawancaranya:

YADMI: Menurut Anda, bagaimana perkembangan dakwah Islam saat ini?

Di negeri kita ini pondok pesantren banyak. Dai-daiyah setiap malam ceramah tapi kenyataannya di masyarakat itu banyak yang maksiat, ini bagaimana? Salah satu diantaranya adalah orang ceramah itu ada 3 hal yang penting: pertama, pelakunya (dai atau mubaligh-nya); kedua, apa yang diajarkan; ketiga, dimana dia itu berdakwah. Hanya, dari ketiga ini yang paling fundamental atau berpengaruh adalah siapa orangnya. Barangkali di negeri kita ini para dainya kurang tertib ibadah kepada Allah atau kurang dekat kepada Allah. Kalau orang itu dekat kepada Allah dan amaliyahnya lebih baik dari orang yang diceramahi, insyaallah dakwahnya sampai dan menyentuh hati manusia.

Kedua kita bersyukur di Negara kita ini sudah banyak sekali mubaligh, karena begitu banyaknya umat di negeri kita ini maka belum menyentuh semua, kita juga masih mencari bagaimana caranya supaya dengan ceramah bisa mengubah sikap seseorang. Di negeri kita ini ada beberapa aliran atau ada yang ceramahnya keras, lembut dan lain-lain, itu silahkan saja. Tapi, yang penting dalam Islam itu rahmatan li al-‘alamin sebagaimana diterapkan YADMI, yaitu Islam yang kasih sayang terhadap seluruh ummat. Dan harus diingat bahwa YADMI ini adalah tidak operasional, tapi pemikiran-pemikirannya saja. Yang operasional itu, misalnya, NU dan Muhammadiyah. YADMI diharapkan setor pemikiran pada umat Islam seperti seminar dan sebagainya. Itu lebih baik. Jadi tingkat-tingkat keilmuan keislaman itu tidak semua harus terjun ke masyarakat, karena apa? Belum tentu seorang profesor ceramah di masyarakat kemudian rakyatnya mengerti. Yang terjun ke masyarakat itu seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan sebagainya.

YADMI pada hakikatnya kumpulan intelektual, dan (maaf) anggotanya tidak banyak. Orang-orang ini tidak perlu terjun ke masyarakat, tapi konsep-konsepnya yang perlu dilontarkan kepada masyarakat. Konsep itu belum tentu 60 tahun berjalan. Didalam ilmu sosiologi, merubah sikap orang itu tidak mudah. Di Indonesia ini sudah 64 tahun merdeka, tapi akhlaknya masih seperti ini. Oleh karena itu, keberadaan YADMI ini sangat penting dalam rangka menggiring umat Islam supaya menerapkan akidah-akidah Islam, menerapkan akhlak Islam yang rahmatan lil ‘alamin, dan kita harus berkeyakinan bahwa dalam al-Qur`an kita tidak bisa memaksa orang jadi orang Islam. Kata Allah petunjuk itu datangnya dari Allah, maka YADMI dan kita semua menyampaikan Islam. Orang menjadi Islam atau tidak, itu bukan kewajiban kita. Kita wajib menyampaikan dakwah, tapi tidak wajib kita berhasil. Ini penting diketahui karena manusia punya batas kemampuan yang tidak bisa melampaui kekuasaan Allah. Karena, inna al-huda hudallah, dan yang menyentuh hati manusia itu Allah bukan kita. Kita hanya menyampaikan dan itu perlu keilmuan yang namaya ilmu dakwah. Dan, tidak ada ilmu dakwah itu yang memaksa orang. Apalagi, seperti sekarang, ada yang namanya kelompok yang keras, membunuh umpamanya, bom itu tidak ada sama sekali (dalam Islam-red).

Memang di negeri kita ini banyak orang salah paham. Jihad itu bahasa arab yang artinya bersungguh-sungguh. Kalau bertempur atau perang itu bahasa Arabnya “qital’ di al-Qur`an. Keberadaan YADMI ini penting sekali dalam rangka mengilmukan bangsa Indonesia untuk menjadi orang yang ilmiah dan amaliah, cara Islam yang rahmatan lil alamin. Kalau dikalangan NU namanya, ceramah yang ramah bukan yang marah.

YADMI: Langkah dan strategi apa kedepan yang dilakukan oleh YADMI untuk dakwah Islam di Indonesia?

YADMI kita harapkan—karena orang-orang intelektual semua, dan pak Tarmizi Taher juga Ahlus Sunnah wal Jamaah—sekali-kali mengadakan latihan dai se-Indonesia, dididik bagaimana dai/daiat ini ceramah di masyarakat secara luwes, menyejukkan, tidak membuat orang makin bringas. Ini penting di samping pemikiran-pemikiran yang baik seperti seminar. Hanya itu belum cukup. Sekalipun kita tidak melakukan ceramah umum, tapi sekarang bagaimana YADMI mengumpulkan dan mendidik dai/daiat, kemudian dipanggilkan para tokoh organisasi yang cocok dengan pak Tarmizi Taher. Sekalipun mereka orang Muhammadiyah organisasinya tapi beliau itu Ahlus Sunnah wal Jama’ah, artinya amaliahnya orang NU. Muhammadiyah dan NU itu Ahlus Sunnah, hanya berbeda sedikit. Muhammadiyah hanya mengakui hadits yang shahih, kalau NU tidak. Sekalipun hadist itu dhaif tapi banyak dan isinya untuk meningkatkan amaliah, tetap dilaksanakan oleh NU, ini bedanya.

Suatu saat saya punya pengalaman. Saya dari Mesir dengan pak Tarmizi Taher dan pak Tabrani Syabirin. Saya shalat tarawih 23 rakaat, beliau hanya 11. Kata pak Tarmizi Taher, sebelas saja. Saya bilang, tidak tarawih juga tidak apa-apa. Itu artinya kita di Indonesia ini jangan bertengkar, karena Ahlus Sunnah itu sama dalam masalah ushul (pokok), masalah akidah, masalah tauhid, bukan masalah furu’iyyah (cabang). Kecuali, ada yang mengatakan nabi terakhir itu Mirza Ghulam Ahmad, itu baru bertentangan dengan Ahlus Sunnah. Jadi, di Indonesia ini sebenarnya semua Ahlus Sunnah, hanya ada perbedaan sedikit, umpamanya, ada yang Jum’atan adzannya 2 kali dan 1 kali. Itu tidak apa-apa, karena Jum’atan tanpa adzan juga bisa. Hanya terkadang kita kurang ilmunya, maka bertengkar. YADMI adalah tempat pengabdian dalam keilmuan, supaya orang di Indonesia tidak bertengkar. Karena kalau seperti itu terus kita tidak akan punya program yang oriented, bagaimana anak kita lebih baik. Dan untuk itu musti ada pihak ketiga, supaya umat tidak berantam terus. Dalam hadist Muslim disebutkan, syaitan sudah putus asa dan tak akan mengajak orang Islam untuk taat atau beribadah kepada syaitan, tapi syaitan tidak putus asa bagaimana agar sesama umat Islam baku-hantam. Ini sadis, kita jangan terjebak dengan hal ini. Jadi, YADMI diharapkan memelopori itu supaya antara NU dan Muhammadiyah tidak ada masalah.

Ukhuwah Islamiyah itu ada 3 poin: pertama, saling hormat-menghormati, mengapa? Karena al-Qur`an itu ada yang namanya kalimat “qath’i”, artinya satu makna. Tapi ada juga ayat-ayat yang maknanya bisa ditafsirkan berbeda. Oleh karena itu, ada ukhuwah Islamiyah. Keberadaan YADMI menjadi penting agar bagaimana umat Islam ini ukhuwah-nya kuat, dengan tidak mempertentangkan perbedaan. Di tengah umat Islam yang seperti ini, YADMI diharapkan menjadi corong untuk meredakan pertentangan. Jelang Ramadhan ini biasanya ada pertentangan, padahal bertengkar sesama umat Islam itu haram hukumnya.

YADMI: Bagaimana karakter Islam Melayu, apakah ada yang membedakan dengan yang lain?

Seperti di Indonesia, Islam di Malaysia atau melayu itu juga Ahlus Sunnah yang pada siapa saja baik, inilah namanya rahmatan lil ‘alamin. NU, misalnya, oleh dunia dianggap satu-satunya pendapat Islam yang paling toleran. Jangankan sama orang Islam, sama orang Kristen kita ini akan baik selama orang itu tidak mengganggu kita.

YADMI: Perbedaan Melayu dengan Iran atau Arab Saudi?

Di dunia ini yang terbanyak Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Oktober kemarin kita menghadiri Muktamar Dakwah Sedunia di Libya selaqma 10 hari. Peserta dari 120 negara hadir dan kebanyakan semua itu Ahlus Sunnah. Negara yang tidak datang dua saja, Saudi Arabia dan Iran. Saudi ini orang Wahabi, dan orang Wahabi itu tidak ada tahlilan, ziarah kubur.

YADMI: Apa Islam di kawasan Melayu dapat diharapkan membawa gerbong kebangkitan Islam?

Kebangkitan Islam itu bukan hanya di Asia saja tapi di Indonesia. Itu sudah diakui oleh dunia Islam sekarang. Dan, Islam di dunia yang benar-benar Islam itu ada 53 negara. Itu semua mazhabnya Indonesia, artinya jadi panutan atau contoh. Jadi, contoh Islam yang diterima oleh semua manusia itu Islam Indonesia. Saya baru saja dari Libanon, di sana ada 18 sekte agama, Ahlus Sunnah-nya keras, Syiah-nya keras, sehingga di jalan raya Libanon lazim ditemui orang menyebut, “ini orang Ahlus Sunnah,” “neraka kamu,” “kamu yang neraka,” setiap hari seperti itu. Orangnya keras-keras dan tidak ada orang murtad. Orang syiah tidak akan jadi Ahlus Sunnah, atau sebaliknya. Di Libanon hanya 6 juta masyarakatnya, tapi sepeti itu. Yang seperti itu tidak akan laku di dunia, yang laku itu sekarang yang toleran yaitu Islam rahmatan lil alamin. Pak Hasyim (Muzadi-red) itu ketua kerukunan umat beragama dunia, mengapa ia diterima? Karena pendapat-pendapatnya diterima oleh akal dan tak bermusuhan. Ini Ahlus Sunnah, jadi tidak main-main pak Hasyim itu.

Pendapat Ahlussunnah itu moderat, tidak pilih-pilih, adil, tapi kalau menyalahkan orang tidak di depan umum tapi akan didatangi orangnya. Pak Hasyim pernah ke Vatikan, dan bilang ke tokoh Vatikan di Italia bahwa orang-orang yang membom ini bukan orang Islam, tapi pribadi dia yang salah. Ketika George Bush datang ke Bali, tidak ada yang berani bilang, tapi pak Hasyim bilang: “George Bush kalau ini dianggap teroris apa tidak Amerika yang paling teroris, gebuki Irak yang sampai sekarang ada 4000 orang meninggal di Irak?” Jadi, mengemukakan pendapat seperti itu lazim di NU, dan tokohnya itulah pak Hasyim. Ahlus Sunnah tidak akan mengecam orang, apalagi menghantami orang, karena mengerti bahwa manusia itu yang menggerakkan Allah bukan manusia. Kita hanya sekedar menyampaikan, yang dalam al-Qur`an itu bil hikmah wal mauidzatil hasanah. Sampaikan Islam dengan bijak dan ceramah yang baik, kalau terpaksa berdebat maka wajadilhu billati hiya ahsan, debat dengan yang lebih baik. Itu Islam yang sekarang dipegang oleh NU.

YADMI: Apa penyebab timbulnya perilaku anarkisme, dan faktor apa yang memotivasi aksi-aksi anarkisme dan terorisme?

Ada pihak ketiga, sekalipun itu masih “X” ya. Itu untuk menjerumuskan Islam. Jadi, orang-orang yang dilatih diluar negeri itu dibiayai oleh pihak ketiga, supaya kembali ke Indonesia dia jadi teroris. Disikat pemikirannya, pokoknya Islam itu begini, di Indonesia itu banyak orang kafir jadi bom saja, di cuci otaknya, itu di Amerika begitu, jadi orang-orang yang tidak mantap keislamanya kenapa ke luar negeri, ke Amerika? Terkadang pendidikan orang yang belajar ke negeri-negeri Negara Islam juga memengaruhi, mereka anggap orang ynag tidak sholat harus di bunuh. Ini keliru menerapkan Islam dan tidak pada tempatnya. Anak-anak kita yang pulang dari Timur Tengah kadang punya pandangan keras. Negara kita bukan negara agama tapi negara Pancasila dan UUD 1945, di mana hidup subur lima agama. Hak azasi yang paling fundamental adalah agama, oleh karena itu NU menghargai semua agama.

YADMI: Bagaimana seharusnya dakwah Islam disampaikan kepada publik sehingga dapat diterima semua kalangan?

Orang berdakwah itu ada tiga pokok, yaitu manusianya (pelaku); kedua, apa yang disampaikan; dan yang ketiga, dimana dia berdakwah. Di dalam ilmu keislaman, menghadapi orang dalam berdakwah itu ada dua macam: ada yang namanya umat dakwah, artinya kelompok yang perlu dinasehati, atau yang belum mantap keislamannya, ini yang halus. Ada lagi kelompok ijabah, yakni umat Islam yag sudah mantap. Ini berbeda cara menghadapinya. Umpamanya, kita ceramah dihadapan pegawai negeri berbeda dengan ceramah di masyarakat, dan lain lagi di hadapan kalangan pesantren. Ini memerlukan ilmu pengenalan sosial, ilmu kemasyarakatan bagaimana menghadapi masyarakat.

Kedua, yang disampaikan itu apa. Yang disampaikan ini harus dipahami dulu, memakai kalimat yang mudah dipahami, dan jangan berceramah itu ada embel-embel yang lain. Ada orang yang ceramah minta 18 juta, akhirnya omongannya ini tidak membekas. Dakwahnya sudah diukur dengan harta. Dalam al-Qur`an dikatakan: “ittabi’u man la yas’alukum ajrun wa muhtadun,” ikutilah orang-orang yang berjuang tidak cari apa-apa, dan dia orang yang diberi petunjuk oleh Allah, ini mubaligh namanya.

Bagaimana orang berdakwah itu bisa masuk di hati jamaah dan dia akan mengamalkan, yang punya keikhlasan karena Allah, tidak karena apa-apa. Nanti Allah akan menolong, dijamin oleh Allah. Kata Allah kalau engkau menolong agama Allah maka Allah akan menolong kepadamu. Rizki ini ada yang hisab, ada yang ghairi hisab. Ada pegawai negeri yang tiap bulan dapat 1 juta, ini namanya bil hisab, tapi ada juga bighairi hisab, kadang-kadang tahu-tahu ada orang datang bawa uang. Orang yang yakin bighairi hisab ini adalah orang yang mantap keimanannya, ini namanya keyakinan.

Sekarang orang ceramah pakai dasi, jas, tapi rakyatnya tidak ikut. Jaman dulu kiayi pakai sandal jepit satu biru satu merah ceramah, suaranya pelan-pelan, tapi orang ikut semua. Perlu diingat bahwa sejak abad ke-17 di negeri kita ini yang jadi tokoh adalah lulusan pondok pesantren bukan SMA, ini yang diteruskan oleh NU. Pada abad ke-7 itu sudah ada di Timur Tengah mengirim orang ke Indonesia, cara menyampaikan dakwahnya cukup halus, jadi tidak akan merubah budaya tapi budaya itu diselipi oleh agama, seperti wayang.

Sunan Kalijaga itu berangkat dari Demak ke Surabaya. Ketika di Lamongan malam-malam ada orang berdoa, sunan berkata: “ada apa ini anak-anak?” Kata orang di Lamongan, mbah saya mendoakan orang tua kami meninggal. Sunan berujar, “jangan itu yang di baca, bacalah La ilaha illallah. Budaya 7 hari dan lainnya itu di Islam tidak ada, tapi di Islam sekarang kita laksanakan hanya isinya berbeda. Berdoa kepada Allah dengan La ilaha illallah itu kalimat suci, saking hebatnya kalimat itu nabi berkata: “kalau orang meninggal berkata La ila ha illallah, orang itu akan masuk surga.” Hadist ini diriwayatkan Muslim, inilah hebatnya.

Islam masuk di Indonesia ini Ahlus Sunnah wal Jamaah yang toleran. Di Jawa tengah, Solo, Jogja ada sekatenan, itu dibiarkan saja. Hanya akan masuk masjid kakinya di cuci dulu, inilah pijakan berdakwah orang dulu. Dan ini sekarang seperti itu dilaksanakan oleh NU, namanya dakwah yang ramah bukan yang marah. YADMI kalau bisa seperti itu luar biasa.

YADMI: Menanggapi pernyataan bapak tadi, kira-kira isu-isu apa yang bisa digarap bersama?

Banyak sekali program bersama. Pertama adalah kita ini melatih anak-anak transmigrasi, tarik ke Jakarta, kita latih paling tidak satu bulan. Tahun ini LDNU melatih 700 orang, latihan ini tidak cukup kita berilmu, tapi malamnya kita bangunkan untuk shalat malam, ini Ahlus sunnah. Nabi tidak pernah meninggalkan shalat malam. Beliau hanya dua kali meninggalkannya karena sakit. Kita latih fisiknya juga, puasa Senin-Kamis, ini kita harus kerja sama.

Sekarang ini kita mesti ingat disini ada Islam beraliran liberal. Sekalipun seolah-olah itu anak-anak NU, paham seperti itu kita tolak sekalipun penolakannya halus tidak berantam. Karena ini ada orang ketiga untuk membejati orang Islam. Ini paham-paham baru yang diimpor dari Amerika. Amerika itu pintar, kalau ada anak Indonesia yang pintar diambil dan disana dicuci pemikirannya. Setiap hari baca Islam yang dikarang orang orientalis, yaitu orang yang mengarang Islam untuk menjatuhkan Islam. Akhirnya, pulang ke sini bertentangan dengan kita.

YADMI: Koordinasi dengan lembaga lain bagaimana?

Kita kordinasi dengan lembaga-lembaga lain itu ada Memorandum of Understanding (MoU) nya, paling tidak ada statement-nya. Kerjasama dalam hal apa, misalnya, dengan BAZIS (Badan Amil Zakat Infak dan Shodaqoh-red) dalam hal pembiayaan. Saya juga kerja sama dengan Libanon di Global University.

YADMI: Harapan kedepan mengenai aktivitas dakwah di Indonesia?

Harapan saya para dai dan daiyah dari mana saja asal organisasinya jangan membuka pertentangan dimuka umum, karena rakyat akan bingung. Kita harapkan para penceramah semua jangan sampai mempermasalahkan hal-hal yang bertentangan, jangan mengadu orang, tidak ada gunanya. Masalah yang menimbulkan perpecahan itu haram hukumnya. Saya harap Ukhuwah Islamiyah kita kokoh. Organisasi banyak tidak apa-apa, yang penting ukhuwah-nya kuat. Jadi bukan masalah perbedaan yang kita bicarakan, tapi persatuannya. Hanya kadang-kadang orang itu pribadinya ingin terkenal, lantas membuka hal-hal yang tidak umum, itu tidak boleh sebenarnya. Jadi cari yang pokok-pokok saja kalau di depan umum, kalau di dalam, silahkan! Atau masalah internal, silahkan!