Minggu, 26 Juli 2009

Surprise dari Fawwaz

Setelah Fawwaz lahir kehidupan sehari2 di rumah berubah, terutama omah dan opah fawwaz. mereka cukup kaget dan bingung karena Fawwaz setiap malam selalu menangis dan begadang semalaman. dari kedua aanknya tak ada yang seperti fawwaz (cucunya).

Dari lahir setiap malam Fawwaz harus digendong, jika disimpan di tempat tidur dia akan menangis, walaupun tadinya dalam keadaan tidur dia akan terbangun dan menangis, kami sering dengan sangat perlahan menyimpan fawwaz, tapi ternyata dia sangat peka, otomatis kamipun tak berhasil.

Di usia hampir 4 bulan fawwaz bisa telungkup, dia memang anak yang aktif sehingga mudah baginya untuk membalik-balikan badan

Di usia 5 bulan dia selalu ingin berdiri, padahal kata dokter dan tetangga dirumah, di usia itu belum boleh berdiri karena khawatir tulang kakinya akan bengkok,tp apa mau dikata, kalau tidak berdiri dipegangi fawwaz marah (menangis).

Di usia 9 bulan Fawwaz bisa mengucapkan kata aa, mama, dada, bapa, walaupun begitu ayah fawwaz ingin sekali fawwaz panggil ayah bukan bapa, sepertinya dia tidak sabar ingin dipanggil ayah.

Di usia 12 bulan fawwaz makin jelas bicaranya dan banyak sekali kosa kata baru yang diucapkannya, padahal diusia itu fawwaz belum bisa jalan bahkan gigipun baru 2.

Di usia 14 bulan akhirnya fawwaz bisa berjalan, kami sangat senang sekali, karena ketika anak belum bisa bicara dan jalan, setiap orang tua pasti akan merasa khawatir.

Di usia selanjutnya fawwaz semakin cerewet, dia sudah bisa meggunakan dua kata, pernah kami mencoba padanya kata-kata sulit, misalnya saja kerongkongan, tengkorak, ternyata dia bisa menyebutnya, tp ketika terburu-buru jadi trebalik2.

bersambung .............

Jumat, 24 Juli 2009

“MENGUNGKAP PERAN SOSIAL-BUDAYA AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH DI ERA GLOBALISASI”

Islam sebagai agama memiliki ajaran tentang sumber nilai dan norma yang memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjawab berbagai problem sosial manusia modern, khususnya di tengah arus globalisasi. Peranan sosial dan budaya umat Islam di Era globalisasi sekarang ini menunjukkan sikap ramahnya yang tampil sebagai jalan yang dalam memberi tuntunan bagi permasalahan sosial yang dihadapi oleh manusia modern serta ikut dalam mencari jalan tengah untuk tidak kehilangan sikap modernitasnya, sehingga Islam mampu memberikan solusi yang konstruktif bagi perkembangan modernitas.
Peranan sosial paham keagamaan seperti Ahlus Sunnah Wal Jamaah bisa diaktualisasikan oleh umat Islam sebagai agama mewarnai ranah kultural dalam perkembangan umat Islam di Alam Melayu. Persoalan yang dihadapi oleh umat Islam di kawasan Melayu menjadi pendorong untuk melakukan transformasi dalam kehidupan sosial maupun budaya. Jika diamati paham Ahlus Sunnah Wal Jamaah sebagai salah satu paham keagamaan yang umumnya dikenal sangat moderat menjadi kekuatan umat Islam di kawasan Melayu untuk dapat dikembangkan demi tercapainya kebangkitan dan kemajuan peradaban Islam yang bermula di Alam Melayu.
Islam harus hadir menjadi angin yang mengarahkan perahu kehidupan agar tidak terombang-ambing dalam gelombang besar globalisasi. Globalisasi sebagai produk budaya hadir dengan segala paradoksalitasnya. Di satu sisi, globalisasi telah mengantarkan umat manusia kepada kehidupan tanpa batas budaya. Namun di sisi lain, globalisasi cenderung mengancam nilai-nilai yang diyakini sebagai jalan kebenaran kelompok tertentu, termasuk paham keagamaan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Salah satu karakter dari globalisasi adalah pemaksaan serta penyeragaman di tengah keragaman budaya dan agama.
Dua sisi diametral globalisasi ini harus disikapi secara proporsional oleh umat Islam di Alam melayu sehingga dapat menjaga nilai-nilai otentik Islam tanpa kehilangan kemampuan adaptasinya dengan perkembangan zaman. Sebagai kerangka acuan nilai, maka Islam sejatinya dapat memperkuat sisi positif dari globalisasi dan dapat menutup sisi negatifnya.
Ijtihad (jihad pemikiran) yang dilakukan oleh para cendekiawan muslim merupakan respon dan tanggung jawab atas ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin. Islam sebagai ajaran yang diyakini dapat menjawab berbagai tantangan zaman akan terbukti ketika ia mampu menjadi solusi dari problem dan tuntunan di tengah kebimbangan dan keraguan-raguan yang menghantui masyarakat modern. Di sinilah urgensi peran cendekiawan muslim untuk meng-aktualisasikan paham Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam kehidupan sosial di era globalisasi.

PENDIDIKAN ISLAM INTEGRATIF DI ALAM MELAYU”

Membangun sumber daya manusia (SDM) dalam arti yang lebih luas memerlukan epistemologi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang baik serta berguna supaya gerak kerja pengelolaannya bernilai untuk meningkatkan sumber daya ekonomi melalui pengembangan paradigma sains yang terarah. Berbagai penyalahgunaan dan penyelewengan terhadap sumber daya alam merupakan akibat potensi sumber daya manusia (SDM) tidak dibentuk secara seimbang sehingga mengakibatkan kerugian bagi seluruh umat manusia. Pengembangan keilmuan dalam Islam terkadang lebih banyak difokuskan pada pemberian pengetahuan (transper of knowlegde) dan meminimalisir aspek pengembangan keterampilan tentang pengelolaan sumber ekonomi dengan mekanisme saintifik, sedemikian rupa sehingga tidak dihubungkan dengan nilai, etika, dan akhlak.
Nilai-nilai dasar seperti amanah, adil, benar, jujur, bijaksana umpamanya sangat penting bila dihubungkan dengan pengembangan sumber daya manusia seutuhnya. Tanpa nilai yang dikaitkan dengan aspek nilai keislaman, manusia selalu mempunyai kecenderungan untuk bersifat tamak, serta menyalahgunakannya sumber daya alam untuk kepentingan individu dan kelompoknya sehingga akhirnya merusak amanah dan sistem yang sedang dibangun untuk kemaslahatan manusia.
Pembangunan nilai-nilai yang fitrah sebagaimana dalam ajaran Islam mesti bermula dalam keluarga, kemudian dikembangkan di sekolah serta diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat, sehingga terbentuklah suatu sistem yang bisa dimanfaatkan oleh setiap umat Islam. Hal ini akan terpenuhi jika dilakukan dalam setiap tahap pendidikan yang berlaku bergerak atas asas saling mengukuhkan dan menguatkan bukannya saling meruntuh dan menimbulkan kekeliruan.
SDM tidak saja harus dibangunkan dengan prinsip-prinsip nilai yang berasaskan agama tetapi memerlukan rancangan yang bijak sesuai dengan perubahan dan perkembangan zaman. Pada prinsipnya, pembangunan sumber daya manusia harus disertai dengan memberikan orientasi pada nilai-nilai keislaman serta mengikuti perkembangan sains dan teknologi tetapi dalam masa yang sama dasar nilai perlu dirancang supaya tercipta sistem yang integral melalui jalur pendidikan
Tradisi pendidikan Islam menunjukkan bahwa perubahan harus senantiasa dilakukan supaya pendidikan nilai tidak terasing dengan pendidikan yang bercorak ilmu pengetahuan dan keterampilan yang bersifat saintifik dan teknologi. Perubahan ini memadukan nilai-nilai agama, tradisi, dan budaya yang maju supaya pendidikan terbentuk secara integratif.
Paradigma Integratif yang dimaksud adalah sistem nilai dalam jalur pendidikan yang membentuk epistemologi berpikir yang saintifik dan menjadi kerangka berpikir serta pedoman menghasilkan para ilmuwan, saintis dan teknokrat yang begitu memahami tanggungjawab terhadap pengelolaan sumber daya ekonomi umat Islam dengan mengedepankan aspek saintifik serta kemajuan sebagaimana yang telah diamanahkan oleh Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Faktor nilai merupakan faktor yang amat penting dalam proses membangun SDM. Nilai di sini tidak bermakna suatu ukuran yang relatif atau nisbi yang dibangun atas faktor zaman saja, akan tapi nilai di sini merupakan sumber hikmah yang datangnya dari Allah SWT. untuk memandu dan membimbing manusia supaya dapat mengurus segala sesuatu dengan lebih baik, amanah, dan ikhlas. Di sinilah urgensi peran cendekiawan muslim untuk menggali paradigma pendidikan Islam integratif serta mengaktualisasikan dalam kehidupan sosial umat Islam di Alam Melayu pada era globalisasi sekarang ini.
Bertolak dari permasalahan tersebut di atas, YAYASAN DAKWAH MALAYSIA INDONESIA (YADMI) bekerjasama dengan YAYASAN DAKWAH ISLAMIAH MALAYSIA (YADIM) bermaksud mengadakan Seminar Internasional Tajdid Pemikiran Islam dengan tema: “MENGGAGAS PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM INTEGRATIF DI ALAM MELAYU” yang memfokuskan pada pembahasan tentang paradigma pendidikan Islam integratif untuk mengembangkan pemikiran yang bisa diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan sosial umat Islam, serta upaya pencarian solusinya melalui jalur pengembangan paradigma pendidikan Islam yang berdasarkan pada pengembangan epistemologi keilmuan yang bisa diaktualisasikan melalui pengembangan sains dan teknologi.

Kamis, 23 Juli 2009

Rindu Fawwaz

Anak-anakmu, bukanlah anak-anakmu.
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka terlahir melalui engkau, tapi bukan dirimu.
Meskipun mereka ada bersamamu, tapi mereka bukan milikmu.

Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu. Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri.

Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok yang tak dapat engkau kunjungi.

Meskipun dalam mipmpi
engkau bisa jadi mereka, tapi jangan coba-coba menjadikan mereka seperti engkau. Karena hidup bukan berjalan mundur. Dan tidak pula berada di masa lalu... (kahlil Gibran)