Kamis, 15 Oktober 2009

"Terorisme tidak ada dalam ajaran Islam"

Salman Harun: "Terorisme tidak ada dalam ajaran Islam"
"Terorisme dalam Bahasa Arab adalah "irhabiah", seakar dengan "turhibu" yang tadi. Jadi menurut mereka terorisme itu ada dalam Al-Quran, karena di situ ada "turhibuuna". Bahasa Arab, "turhibuna" itu artinya menakut-nakuti atau terorisme, berarti itu ada dalam Islam. Itu pandangan sebagian ilmuan dari Barat, ia tidak tahu bahwa yang sebenarnya "turhibuna" itu hanya menakut-nakuti. Siapkan kekuatan untuk menakut-nakuti, bukan untuk menyerang, karena kalau kita kuat orang tidak akan berani menyerang kita."

Jalan kekerasan dalam dakwah dan aktivitas amar makruf nahi munkar bukanlah cara yang diajarkan Islam. Islam tidak menganjurkan mengajak orang memeluk agama dengan cara paksa. Ajakan terhadap Islam dan menjalankan segala syariatnya harus dijalankan atas dasar cinta dan kasih sayang. Pemaksaan terhadap orang lain agar memeluk Islam justru menjadi tanda keraguan atas kebenaran Islam. Karena itu, Islam harus disampaikan secara menyejukkan. Apakah cara-cara teror sejalan dengan ajaran islam? Berikut pandangan Prof. Dr. Salman Harun, Dewan Pengawas Yayasan dakwah Malaysia-Indonesia (YADMI) dan Guru Besar Tarbiyah UIN Jakarta, berikut petikan wawancaranya:

YADMI: Beberapa bulan terakhir kita dikejutkan aksi terorisme. Menurut Bapak, apa yang mempengaruhi aksi tersebut?
Faktor yang mempengaruhi tindakan itu banyak, antara lain, politik dan ekonomi. Tapi ada juga faktor agama, yaitu kesalahpahaman dalam agama. Faktornya saling berkaitan, kesalahpahaman agama di sini adalah menganggap bahwa dirinya dan agamanya yang paling benar, yang lain salah, dan yang salah harus dimusnahkan- dihabiskan. Menurut saya memang agama yang lain itu salah dan Islamlah yang paling benar. Tapi bagaimana sikap kita, apakah mereka harus diperangi? Tentu tidak, tapi harus kita jauhi. Jangan bermimpi untuk memusnahkan kebatilan di muka bumi ini. Kita hanya bisa menjauhi, sebab iblis itu sudah diizinkan Allah untuk hidup sampai Hari Kebangkitan. Iblis sebagai lambang kebatilan yang hidup sampai Hari Kebangkitan, itu berarti kebatilan itu akan terus hidup sampai hari kebangkitan.

YADMI: Dengan demikian, berarti kita tidak bisa menghancurkannya, begitu?
Kita tidak akan bisa menghancurkannya. Kalau tidak bisa menghancurkannya berarti kita jangan melakukan kekerasan, tapi justru kita harus mengasihani mereka, rangkul dan ajak, seperti kita mengasihi anak kita sendiri. Kita salami jiwanya dan lainya supaya dia sadar. Jadi, memperlakukan orang yang bukan golongan kita itu bukan dengan mengasarinya tapi dengan mengasihinya, karena dalam al-Quran "laa iqra fi ad-din" (tidak ada paksaan dalam agama). Kalau kita paksa orang masuk Islam berarti kita tidak percaya bahwa Islam itu benar, karena Allah mengatakan: "Qad tabayyana rusydu minal gayy" (sudah jelas mana yang benar mana yang salah). Orang kalau diberikan yang benar dia akan ambil, kalau dia tidak ambil itu tandanya ada yang salah dalam dirinya.

YADMI: Apakah ini juga berlaku untuk mempraktikkan dakwah tanpa paksaan?
Iya, kalau kita berdakwah tentang Islam, tidak usah dipaksa. Kalau kita memaksa tandanya kita tidak percaya bahwa Islam itu benar. Biasanya kalau orang itu ragu dan akan tidak berhasil, maka dia memaksa orang dengan kekerasan. Jadi orang yang melakukan kekerasan itu berati dia tidak percaya Islam itu benar, sebab dengan kebenaran Islam, orang akan ambil (anut) tanpa dipaksa.

YADMI: Menurut Bapak, seharusnya bagaimana dakwah Islam disampaikan kepada publik sehingga dapat diterima semua kalangan?
Sampaikan Islam yang murni dari al-Quran dan Hadits tanpa menyalahkan salah satu mazhab dan akidah. Kemudian Islam disampaikan secara menyejukkan. Yang dipentingkan adalah nilai-nilai moralnya, agar orang berbuat baik. Jadi menekankan pada moralnya, akhlaknya, menghargai semua manusia, saling tolong menolong, menghormati orang lain. Dakwah dilakukan dengan cara-cara yang modern, tidak hanya ceramah-ceramah, melalui internet, dan sebagainya.

YADMI: Jika sebagian kalangan berdakwah atau ber-nahi munkar dengan teror, apakah Islam membenarkan tindakan tersebut?
Terorisme tidak ada dalam ajaran Islam. Dalam Al-Quran itu ada: "turhibuna, ‘aiddu wa ‘aiddu lahum mastatha’tum min quwwah turhibuna ‘aduwallahi wa aduwakum". Dalam Al-Quran (kalau tidak salah), kita harus menyiapkan kekuatan kita untuk menakut-nakuti musuh Allah dan musuh kalian. Istilah yang popular “menakut-nakuti”.

Terorisme dalam Bahasa Arab adalah "irhabiah", seakar dengan "turhibu" yang tadi. Jadi menurut mereka terorisme itu ada dalam Al-Quran, karena di situ ada "turhibuuna". Bahasa Arab, "turhibuna" itu artinya menakut-nakuti atau terorisme, berarti itu ada dalam Islam. Itu pandangan sebagian ilmuan dari Barat, ia tidak tahu bahwa yang sebenarnya "turhibuna" itu hanya menakut-nakuti. Siapkan kekuatan untuk menakut-nakuti, bukan untuk menyerang, karena kalau kita kuat orang tidak akan berani menyerang kita.

Presiden Yudhoyono sendiri, saya baca di koran mengatakan kalau mau damai, siap perang artinya kita kuat. Karena kalau kita kuat kita tidak akan diserang, tapi kalau kita lemah kita akan dimanfaatkan. Musuh akan menguasai kita, itulah tabiat yang jahat dari sifat manusia, yang memanfaatkan kelemahan orang untuk menguasai, mengalahkan, mengambil hak, itu manusia jahat dan tidak diajarkan Islam.

YADMI: Kalau al-Quran tidak mengajarkan terorisme, jadi apa yang diajarkan Islam?
Islam mengajarkan "li taarrafuu" untuk kenal mengenal-saling mengenal. Kalau sudah saling mengenal semua aspek kehidupan akan hidup. Dengan kenal-mengenal kita akan bersahabat: karena mengenal jadi berkawin, berkeluarga; karena mengenal jadi tukar menukar barang (ekonomi); karena saling mengenal bisa jadi pimpinan (politik); karena mengenal seluruh aspek kehidupan akan hidup. Itu datang 14 abad yang lalu. Coba anda bayangkan sebelum Islam datang itu apa yang ada? Sejak dulu sudah ada dua super power yaitu Romawi dan Persi. Apa isi kepala mereka, yaitu bagaimana cara mengalahkan dan menjajah orang. Lalu datang Islam yang mengajarkan tidak seperti itu, bersuku-suku berbangsa-bangsa itu, "li taarafu" (untuk saling mengenal), maka akan hidup seluruh aspek kehidupan.

YADMI: Jadi dalam al-Quran itu hanya disuruh untuk menyiapkan kekuatan bukan untuk menyerang?
Terorisme melanggar tiga prinsip: pertama, terorisme itu cirinya kedahsyatan, kehancuran hebat. Kedua, dulu kalau berperang itu tentara sama tentara, kalau dilibatkan orang sipil itu tidak boleh. Nabi melarang mengganggu orang tua, wanita, anak-anak, lingkungan, berate tidak boleh melibatkan sipil, tapi sipil yang terlibat yang kena. Ketiga, membuat perasaan takut, jadi menaklukkan orang itu tidak langsung perang tapi perasaan takutnya yang ditimbulkan (itu maksudnya terorisme), itu tidak boleh. Yang boleh itu menakut-nakuti musuh yang akan menyerang kita, caranya bukan dengan kekerasan, tidak melanggar hak-hak sipil, hak asasi manusia, jadi terorisme itu bertentangan dengan Islam.