Senin, 14 September 2009

Mohammad Sidik: "kemajuan umat Islam Indonesia merupakan kemajuan umat Islam Malaysia"

Islam punya karakter melintas batas ruang dan wilayah dalam arti teritorial, juga kultural. Di Asia Tenggara, populasi Muslim di Indonesia dan Malaysia adalah kunci kekuatan Muslim di kawasan ini. Bagaimana keterkaitan umat Islam di kedua negara dan apa hal-hal ke depan yang dapat diupayakan? Aryah Marzanah dan Yulmedia dari Yayasan Dakwah Malaysia Indonesia (YADMI) mewawancarai Mohammad Sidik, Ketua Badan Pengawas Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, di kediamannya di Jakarta untuk mengetahui hal tersebut, sekaligus bertanya tentang harapannya terhadap YADMI. Berikut petikan wawancaranya:

YADMI: Apa pendapat bapak mengenai dakwah di Indonesia?
Di Indonesia gerakan dakwah alhamdulillah sudah ada sejak tahun 1960. Itu menjadi suatu gerakan yang popular dan menjadi sesuatu yang tidak segan-segan dilakukan. Dan itu menurut saya tidak dapat dipisahkan dari kegiatan para ulama-ulama kita, diantaranya, pak Natsir dengan mendirikan Dewan Dakwah. Dasar pendirian lembaga dakwah itu ialah dakwah bi lisan wa hal, artinya dengan kegiatan dakwah yang konkret seperti mendirikan rumah sakit, dakwah kampus, dan lain-lain.

YADMI: Dalam konteks yang lebih luas, apa yang bapak lihat menyangkut gerakan dakwah di ruang lingkup regional Asia Tenggara?
Saya lihat di Malaysia itu keinginan pemerintah dan masyarakat untuk bergerak dalam bidang dakwah secara regional itu sudah lama. Di masa Teuku Abdurrahman dulu, dia pertamakali mendirikan Pertumbuhan Kebajikan Islam Malaysia (PERKIM), yaitu organisasi dakwah untuk non-muslim di Malaysia. Setelah dia menjadi Perdana Menteri, kemudian dia menjadi Sekretaris Jendral (Sekjen) Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Jeddah, kemudian dia kembali pada tahun 1973 setelah menjabat selama lima tahun yang tidak mau diperpanjangnya. Tengku Abdurrahman melihat bahwa kita, tidak hanya Malaysia atau Indonesia, tapi juga Brunei, Singapura, Australia, Thailand, Cina, perlu sebuah lembaga dakwah regional. Maka, dia timbulkan ide regional Islamic Dakwah Council for soft Asian Fasific (RAISAF), yang kalau bahasa Melayu itu, Majlis Dakwah Islam Serantau.

YADMI: Apa keterkaitan gerakan dakwah di Malaysia dengan Indonesia?
Dahulu, Tengku Abdurrahman mengajak dan mengundang orang yang seusia beliau seperti pak Natsir untuk mendirikan lembaga dakwah regional seperti disebut di atas dengan tujuan membantu, karena di Malaysia kesadaran untuk membantu (berpartisipasi) cukup tinggi dari dulu. Sekarang ada 56 organisasi Dakwah di Malaysia. Jadi memang saya kira satu hal yang sangat kita hargai, sikap dan keinginan pihak Malaysia ini untuk memberikan kontribusinya yang mungkin dirasakan mereka merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa dipisahkan dari kesadaran Islam yang saling membutuhkan.

YADMI: Mengapa hal itu mereka lakukan?
Supaya mereka juga aman. Dalam pengertian, mereka tahu dan ikut mengantisipasi dari jauh hari sebelum gerakan-gerakan sesat masuk ke Malaysia, sehingga mereka sudah dapat membendung, ataupun diteliti sehingga terjadi dakwah dan pencerahan. Contohnya dulu, ada pergerakan namanya gerakan Thariqah Munfaridiyah, pemerintah Indonesia dan majelis agama (ulama) membutuhkan waktu lama karena tidak memiliki sarana untuk menyelidiki dan mengetahui sampai keakar-akarnya.

YADMI: Apa penilaian bapak atas terbentuknya Yayasan Dakwah malaysia Indonesia (YADMI) yang merupakan kerjasama antara lembaga dakwah di Indonesia dan Malaysia?
Saya kira kehadiran YADMI sangat penting, karena pertama, Malaysia dan Indonesia adalah negara serumpun. Masalah yang kita hadapi sama, yaitu sosial-kebudayaan yang merupakan bagian dari agama. Dan, kita berusaha untuk saling melengkapi, dalam pengertian, pemerintah di Indonesia peraturannya tidak ketat sehingga aliran-aliran sesat dan lainnya bisa masuk, sementara kalau di Malaysia tidak. Jadi, kita bisa saling belajar dan saling bertukar informasi.
Apa-apa yang terjadi di Indonesia akan berdampak dan berpengaruh pula pada Malaysia. Sehingga barangkali YADMI bisa melihat, mengambil sikap atau mengambil suatu kebijaksanaan dalam rangka memberikan pencerahan kepada masyarakat.

YADMI: Menurut bapak peran strategis seperti apa yang dapat diperankan YADMI?
Adanya YADMI saya kira, dan saya berharap nanti, bisa menjadi forum yang diangkat di tingkat pemerintah. Artinya, dapat memberi nasehat kepada pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk mengambil sikap-sikap tertentu, barangkali tidak secara formal tetapi menaikkan kejelian dan keprihatianan terhadap hal-hal tertentu yang kedua belah pihak bisa saling membantu.

Kepada Malaysia saya rasa YADMI dapat melakukan penelitian-penelitian atau menjadi pemantau, kemudian mengambil saran atau usulan sebelum kesimpulan yang diambil oleh pihak kerajaan Malaysia.

YADMI mesti mengambil salah satu bidang konsentrasi dakwah, barangkali tidak bisa berbuat terlalu detail dan terlalu banyak, misalnya, dalam pemberdayaan ekonomi, memberikan intensif, memberikan pelatihan seumpama pelatihan bagaimana membuat koperasi Syariah, mendirikan BMT yang kemudian BMT ini bisa membantu masyarakat menghadapi gerakan lintah darat yang sekarang ada dimana-mana. Menurut saya kemampuan masyarakat Indonesia ini tidak kurang, hanya perlu pemberdayaan. Contohnya, Universitas Islam Negeri (UIN), yang di Indonesia banyak, sementara di Malaysia belum. Rumah Sakit Islam pun di Indonesia sudah lebih dulu.

YADMI: Dakwah seperti apa yang dapat dilakukan YADMI?
Paradigma baru dalam dakwah yang perlu kita kembangkan ialah agar umat Islam memahami dan melaksanakan Islam secara paripurna. Banyak kewajiban-kewajiban agama yang masih kita anggap remeh, misalnya, ketika berbicara fardu kifayah orang akan berpikir memandikan jenazah. Padahal, fardu kifayah bukan hanya itu, tapi misalnya bagaimana menjadi dokter gigi, ahli teknik, insinyur, arsitek, ahli kandungan, karena kalau dalam suatu masyarakat tidak ada itu saya kira akan berdosa semua masyarakat.

Contoh lainnya adalah, mengenai seorang dokter kandungan perempuan bagaimana kalau tidak ada, sementara ajaran Islam tidak boleh memperlihatkan aurat? Otomatis, adanya dokter kandungan perempuan itu adalah fardu kifayah.

Dalam berdakwah yang bagus kita juga harus mengadakan seminar tentang fardu kifayah dan aplikasinya, sehingga pemahaman tentang fardu kifayah lebih matang, sehingga jika menjadi dokter, insinyur, arsitek orang merasa berpahala. Semua yang kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat jika dilakukan karena Allah pasti ada reward-nya dan berpahala, ini yang kadang-kadang kita lupa. Kita pincang karena menganggap itu fardu kifayah dan ada yang mengerjakan, dan bila semua orang berfikir seperti itu bagaimana, berarti tidak ada yang mengerjakan.

YADMI: Apa kunci menuju dakwah baru tersebut?
Harus ada kemajuan atau peningkatan mutu sehingga paradigma-paradigma dakwah yang baru terjaga. Kita disuruh membaca, tapi dari kita sangat sedikit yang membaca dan ini sudah tercatat dalam hitungan statistik, Indonesia paling rendah kesadaran membacanya. Padahal dalam Islam kita disuruh untuk membaca, karena membaca adalah permulaan dari ilmu dan ilmu adalah sumber kemajuan.

YADMI: Dalam pandangan bapak, seperti apakah ber-Islam yang ideal?
Harus lebih rasional. Dalam berdakwah menyampaikan Islam, yang hak saja yang kita sampaikan tidak perlu kita membuat gerakan-gerakan seperti Islam Liberal, karena itu proyek. Kembangkanlah Islam itu jika ada kelemahan dalam pemahaman, misalnya, dalah hal kewajiban (fardu kifayah), paradigm fikih itu perlu kita sosialisasikan dan itu memakan waktu yang lama. Misalanya, ditempat saya, banyak ajaran habib-habib ini mengarahkan masyarakat awam untuk bergantung pada mereka walaupun tidak semua habib sepetti itu. Itu artinya menghambat dan orang Islam tidak bisa berpikir secara rasional. Inilah tantangan-tantangan kita. Kita berusaha menghilangkan atau memerangi ateisme, pornografi, inikan semua agama yang melarang. Kemudian, ketidakadilan ekonomi, lintah darat yang oleh agama lainpun dilarang, dan kita harus bekerjasama seperti dulu kita melawan komunis.

YADMI: Ada yang mengatakan bahwa setiap isu baru mengenai Islam di Indoensia akan berpengaruh juga di Malaysia. Bagaimana bapak menilai hal ini?
Kita (Indonesia dan malaysia) adalah satu tubuh yang tidak bisa dipisahkan. Kemajuan umat Islam Indonesia merupakan kemajuan umat Islam Malaysia, begitupun sebaliknya. Kelemahan dan kelengahan kita juga akan berimbas pada mereka, umpamanya soal pornografi, film, cerita, sinetron yang merupakan objek dakwah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar